Bumi yang Membutuhkan Cinta
Setiap detiknya bumi kian menua, setiap hari merintih menjadi-jadi. Beban yang terus bertambah namun pengurai kian melemah. Tentunya kita sadar bahwa bumi sudah tidak muda lagi, tak secantik, seramah dan sebahagia dulu. Terkadang bencana alam adalah sebagai ekspresi, pengingat bahwa bumi harus kita rawat.
Waktu ini, warga bumi sedang diserang wabah menegangkan. Kemarin, aktivitas sosial kemasyarakatan hingga peribadatan ditiadakan dalam waktu yang masih di awang-awang. Manusia dengan segala aktivitasnya, dibatasi bahkan diawasi. Seakan-akan saat ini bau kentut lebih dihargai daripada bersin kawan sendiri. Kita tidak boleh berspekulasi dini, bisa jadi musibah ini adalah empati dari corona terhadap bumi yang telah direstui oleh Allah. Seakan tidak tega akan beban dan kerusakan di bumi yang tak mampu dibendung dengan ajakan persuasif.
Tentunya saat ini adalah momen yang tepat untuk bermuhasabah, kembali mendekatkan jiwa yang telah jauh dan lebih peka terhadap sesama. Dengan sedikit paksaan dan penderitaan kini bumi dapat sedikit tersenyum kembali. Bumi kian membaik walaupun entah pada saatnya nanti bumi akan tersakiti kembali. Cintailah bumi maka langit akan menyayangimu.
Komentar
Posting Komentar